Comfort zone, the real war zone
22.03Sebenernya jalur gaza itu gaada apa-apanya dibanding sama comfort zone. In a real war, kita ditembak terus mati. Kelar bin simpel semua tau endingnya apa dan prosesnya.
Entah apa yg salah dengan comfort zone sampe semua orang bilang gausah lama-lama di comfort zone. Semua orang harus keluar dari zona nyamannya. Katanya hidup adalah perjuangan, terus seumur hidup jadi harus berjuang terus gitu ya maksudnya? Pas SD pun sempet kepikiran. Kita napas capek ga sih harus narik napas terus buang terus. Gimana kalo tiba-tiba capek? Sehari berapa ribu kali napas. Kalo lupa napas gimana?metong dong? Hidup berputar seperti roda kadang diatas kadang dibawah. Kan capek tapi muterin roda mulu. Kalo diatas terus jaga keseimbangannya susah. Kalo dibawah mulu ya kegencet terus.
Iya. Gw udh di masa itu. Masa-masanya udah mulai menyerah sama hidup. Kayaknya kalo dipikir hidup emang terlalu sulit sih. Yaudah gausah dipikirin lah.. Jalanin aja. Masya Allah.. Makin pengen nyerah. Mungkin ini bisa disambungkan ke post gw tentang the art of letting go
Analogi hidup saat ini bagi gw ya cuma di saat yang tepat, di tempat yg tepat, bersama dengan orang yang tepat. Begitulah arti kehidupan bagi gw.
Balik lagi ke comfort zone. Apa sih salahnya? Kalo orangnya udh nyerah kaya gw, comfort zone terlalu berarti. The only thing keep me alive. Kalo suruh tinggalin comfort zone ya untuk saat ini maaf belom punya jawaban yang tepat. menghindari statement yang tidak dapat di pertanggung jawabkan nantinya.
Kenapa jadi mudah menyerah? Iya tauuu mungkin dulu gw kepedean. Terlalu ambisius. Terlalu yakin dengan sesuatu aliasnya kebanyakan mimpi. Seketika Allah membalik nasib gw. Dimana gw jadi takut setengah mati sama kekecewaan, takut dengan adanya resiko, takut dengan terjadinya hal-hal yg tidak gw inginkan terjadi. Disitu yg terlintas dipikiran hanya stop menginginkan sesuatu. Akhirnya ya stop bermimpi, berkhayal dan mempunyai tujuan hidup. Hidup kalo goal nya ga jelas kan bingung juga mau ngapain. Ya kemudian saya ada di titik itu.
Hubungannya sama comfort zone? Ya dititik terendah hidup ini, gw menemukan yg namanya comfort zone. Dimana strangers can let you down tp orang disekitar tidak menjudge, tidak menyudutkan, dan mendukung keputusan yg diambil. Terus kenapa war zone? Karena semua itu fana ketika semua orang yg kita percaya, mulai meninggalkan kita satu-persatu. Ya betul, kita ga bisa expect orang secara berlebihan. Ketika satu persatu mulai sibuk dengan sendirinya. Mulai meninggalkan kita, kemudian yg tertinggal hanyalah kita sendirian. Ga bisa sih emang ngarepin orang bakalan senasip sama kita terus. Pasti ada juga yg punya goal. Dimana zona nyaman mulai terusik dan yg tersisa hanya kita seorang. I believe it is the time.
Terus gimana dong jadinya? I dont have much energy to fight. Anything happens will happens. Yang terjadi maka terjadilah. Kita sudah di titik terendah. We've got nothing to lose. Kalopun ada yang nanya, what am i fighting for? Then i will straightly answer, i'll fight for my self. Because nobody worth my fight
0 komentar